LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN
I.
MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan
II.
PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri
maupun orang lain (Towsend, 1982).
B. Etiologi
Gangguan kosep diri : harga diri rendah
C. Tanda Dan
Gejala
· Klien
mengatakan benci / kesal dengan seseorang
· Suka
membentak
· Menyerang orang yang sedang mengusiknya jika
sedang kesal atau kesal
· Mata merah
dan wajah agak merah
· Nada suara
tinggi dan keras
· Bicara
menguasai
· Pandangan
tajam
· Suka
merampas barang milik orang lain
· Ekspresi marah saat memnicarakan orang
D. Mekanisme Sebab
– Akibat
v Sebab : Gangguan
Konsep Diri : Harga diri rendah
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien
merasa malu, dianggap tidak berharga dan berguna. Klien kesal kemudian marah
dan kemarahan tersebut diekspresikan secara tak konstruktif, seperti memukul
orang lain, membanting-banting barang atau mencederai diri sendiri.
v Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain
dan lingkungan
Mekanisme : Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan
klien berorientasi pada
tindaakan untuk memenuhi secara listrik
tuntutan situasi stress, klien
akan berperilaku menyerang, merusak
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.
III. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif.
Klien
mengatakan benci / kesal dengan seseorang, suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang marah
atau kesal.
B. Data Obyektif.
Mata merah, wajah agak merah, nada
suara tinggi dan keras, bicara menguasai, pandangan tajam, suka merampas barang
milik orang lain, ekspresi marah saat membicarakan orang lain.
IV. DAFTAR
MASALAH
Data
Masalah
Etilogi
DO :
- Klien
tampak lebih suka sendiri
- Binggung
jika disuruh memilih alternatif tindakan
- Ingin
menciderai diri / ingin mengakiri kehidupan
DS :
- Klien
mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-apa
- Klien
mengkritik diri sendiri
-
Mengungkapkan perasaan terhadap diri sendiri
DO :
- mata merah,
wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras, pandangan tajam.
DS :
- klien
mengatakan benci dan kesal pada seseorang
- klien suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
DO :
- Klien
memukul diri sendiri atau orang lain
- Klien
merampas barang milik orang lain
- Klien
membanting barang-barang
DS :
- Klien
mengatakan benci dan ingin memukul sese-orang
- Klien
membentak sese-orang dan mengatakan kata - kata kasar dan kacau
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Perilaku kekerasan
Resiko menciderai dairi sendiri, orang lain dan lingkungan
Masalah
Stressor
Mekanisme koping tak efektif
Masalah tak terselesaikan dengan baik
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Ancaman/ kebutuhan
Stress
Cemas
Masalah
Marah tak terungkap
Agresif / amuk
Marah
Merasa kuat
Menantang
Masalh tak selesai
Masalah berkepanjangan
Muncul rasa bermusuhan
Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
V.
POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan akibat
Perilaku kekerasan core
problem
Gangguan
konsep diri : Harga diri rendah penyebab
(Keliat, 1998)
VI.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku
kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
VII. FOKUS
INTERVENSI
DIAGNOSA : Resiko menciderai diri sendiri, orng lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
A. Tujuan Umum
Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
B. Tujuan Khusus
1. Klien dapat
membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
- Klien mau
membalas salam
- Klien mau
berjabat tangan
- Kllien mau
menyebut nama
- Klien mau
tersenyum
- Klien ada
kontak mata
- Klien mau
mengetahui nama perawat
- Klien mau
menyediakan waktu untuk perawat
Intervensi keperawatan :
1.1 Beri salam dan
panggil nama klien
1.2 Sebutkan nama
perawat sambil berjabat tangan
1.3 Jelaskan maksud
hubungan interaksi
1.4 Jelaskan kontrak
yang akan dibuat
1.5 Beri rasa aman
dan tunjukkan sikap empati
1.6 Lakukan kontak
singkat tetapi sering
Rasionalisasi :
Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk hubungan selanjutnya.
2. Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
- Klien
mengungkapkan perasaannya
- Klien dapat
mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal ( diri sendiri, orang
lain dan lingkungan)
Intervensi keperawatan :
2.1 Beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaanya
2.2 Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal
Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat
membantu mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
3. Klien dapat
mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
- Klien dapt
mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
- Klien dapat
menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang dialami
Intervensi keperawatan :
3.1 Anjurkan klien
mengungkapkan yang dialami soal marah, jengkel/ kesal.
3.2 Observasi tanda
perilaku kekerasan pada klien
3.3 Simpulkan bersama
klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami klien.
Rasionalisasi :
- Untuk
mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
- Untuk
mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
- Menarik
kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui secara garis besar tanda-
tanda marah / kesal.
4. Klien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Kriteria evaluasi:
- klien dapat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
- Klien dapat
bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
- Klien
mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan
masalah/ tidak
Intervensi:
4.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien
4.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
4.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai.
Rasionalisasi:
-
mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
- untuk
mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan dan dengan bantuan
perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengan destruktif
- dapat
membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
5. Klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan
klien.
Intervensi keperawatan:
5.1. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah
dilakukan klien
5.2. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien.
5.3. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara
baru yang sehat.
Rasionalisasi:
- membantu
klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
- Dengan
mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat mengubah perilaku
destruktidf menjadi konstruktif.
- Agar klien
dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.
6. klien dapat mengidentifikasi
cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara
konstruktif.
Intervensi:
- Tanyakan
pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
- Berikan
pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
- Diskusikan
dengan klien cara lain yang sehat.
a. secara fisik:
tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal, olah raga, melakukan
pekerjaan yang penuh tenaga.
b. Secara verbal: katakan pada perawat atau
orang lain
c. Secara
sosial: latihan asertif, manajemen PK.
d. Secara
spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain
Rasionalisasi:
- dengan
mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan dapat
membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga
klien tidak stress lagi.
-
Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga
dirinya.
- Berdiskusi
dengan klien untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan kemampuan klien.
7. klien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
kriteria evaluasi:
- klien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
a. fisik: tarik
nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
b. Verbal:
mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.
c. Spiritual :
sembahyang, berdoa, ibadah lain
Intervensi keperawatan:
7.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
7.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
7.3. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut.
7.5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah
dipelajari saat marah.
Rasionalisasi:
- memberikan
stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat.
- Membantu
klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya dengan melihat
manfaatnya.
- Agar klien
mengetahui cara marah yang konstruktif
- Pujian
dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
- Agar klien
dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.
8. Klien mendapat
dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi:
- Keluarga
klien dapat:
a. menyebutkan
cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
b. mengungkapkan
rasa puas dalam merawat klien
Intervensi keperawatan:
8.1. Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
8.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
8.3. Jelaskan cara-cara merawat klien.
8.4. Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi.
Rasionalisasi:
- kemampuan
keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk melakukan
penilaian terhadap perilaku kekerasan
-
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam perawatan klien.
- Agar
keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya
- Agar keluarga
mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang dilihat keluarga secara
langsung.
-
Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
9. Klien dapat
menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Kriteria evaluasi:
- klien dapat
menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan
efek)
- klien dapat
minum obat sesuai program terapi
Intervensi keperawatan:
9.1.jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada
klien dan keluarga)
9.2. diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika
berhenti minum obat tanpa seijin dokter
9.3. jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu,
cara minum).
9.4. anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
9.5. anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila
merasakan efek yang tidak menyenangkan.
9.6. berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
Rasionalisasi:
- klien dan
keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh klien.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui
kegunaan obat yang dikonsumsi oleh klien.
- Klien dan
keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi kesalahan dalam
mengkonsumsi obat.
- Klien dapat
memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum obat dengan
kesadaran sendiri.
- Mengetahui
efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan dapat dilakukan sesegera
mungkin untuk menghindari komplikasi.
-
Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta
meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing&
Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing
Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi
3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a
Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3. EGC: Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
MASALAH PERILAKU KEKERASAN
A. Proses keperawatan
1. Kondisi :
DO : wajah agak memerah, nada suara tinggi dan keras, pandangan tajam
-
DS : Kien mengatakan benci dan kesal pada seseorang
2.
Diagnosa : Resiko menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan b/d perilaku
kekerasan.
3.
TUK 1 : Membina hubungan saling percaya
2 : Mendefinisikan penyebab marah
Tindakan keperawatan
1. a. Membina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prisip
komunikasi teurapetik
b. Sapa klien
dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
c. Perkenalkan diri
dengan sopan sambil jabat tangan.
d. Tanyakan nama
lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
e. Jelaskan maksud
hubungan interaksi.
f. beri rasa aman
dan sikap empati.
g. lakukan kontak
singkat dan sering.
2. a. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya
b. Bantu
klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal
Fase hubungan orientasi :
a. Salam
terapeutik :
Selamat pagi,
nama saya Mahmur . Saya biasa dipanggil mas Mahmur, kamu namanya siapa ?
Saya akan
menemani (nama pasien) disini.
b. Evaluasi/
validasi
Kenapa (nama
pasien) sampai dibawa kemari?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang tentang hal- hal yang menyebabkan
(nama pasien) marah- marah.
Tempat : (nama pasien ) ingin bercakap-
cakap dimana ? bagaimana kalau disini saja?
Waktu : Mau berapa lama ? bagaimana
kalau 10 menit.
Fase kerja
Ø Apa yang membuat
(nama pasien) marah- marah dan membanting barang- barang ?
Ø Apakah ada yang
membuat (nama pasien) kesal atau punya masalah lain ? coba ceritakan pada saya.
Ø Apakah sebelumnya
(nama pasien) pernah marah ? apakah penyebabnya? Apakah sama dengan sebelumnya
?
Fase terminasi
a. Evaluasi
subyektif
Bagaimana
perasaan (nama pasien) setelah kita bercakap- cakap ?
b. Evaluasi
obyektif
Coba
sebutkan lagi, apa yang membuat (nama pasien) marah- marah ?
Bagus
kalau (nama pasien) tahu.
c. Rencana
tindak lanjut
Baiklah
waktu kita sudah habis. Nanti coba diingat- ingat lagi penyebab marah yang lain.
d. Kontrak yang
akan datang
Topik : Besuk
kita akan bicara tentang tanda dan gejala orang yang marah- marah, atau
perasaan (nama pasien) saat marah dan cara marah yang biasa (nama
pasien) lakukan.
Tempat : Mau
dimana kita bicara ? bagaimana kalau disini?
Waktu : Besuk
kita bertemu jam 09.00 ya. Da… sampai besuk. Jangan lupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar